Ads Top

Menatap Kurikulum 2013


Pendidikan adalah urusan mencetak manusia. Tetapi mencetak manusia sepertii apa? Sejarah bangsa Indonesia menunjukkan bahwa pendidikan berkaitan erat dengan memerdekakan manusia. Pendidikan bertujuan menciptakan manusia Indonesia yang merdeka dan bermartabat serta mampu mengembangkan semua bakat terbaik yang dimiliki putra-putri Indonesia. Pendidikan bukan hanya soal bagaimana mendidik dan memberi pengetahuan tetapi juga soal pembentukan jati diri dan pada akhirnya soal harkat dan martabat sebagai manusia.


Jika pendidikan adalah urusan membentuk karakter manusia Indonesia yang unggul, maka di abad ke 21, hal itu bisa diartikan bahwa salah satu tujuan terpenting pendidikan adalah meningkatkan daya saing bangsa Indonesia dalam percaturan global. Bangsa-bangsa yang unggul memenangkan persaingan global selalu merupakan bangsa yang memiliki sumber daya manusia yang unggul yang dihasilkan oleh sistem pendidikan yang unggul pula.

 

Indonesia sampai tahun 2012, telah sepuluh kali berganti kurikulum pendidikan. Hal itu sekilas menunjukkan betapa gigih upaya menciptakan sistem pendidikan nasional yang maju terutama untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tetapi benarkah kurikulum merupakan obat dari segala jenis persoalan yang masih melilit sistem pendidikan Indonesia? Sejumlah persoalan besar pendidikan di Indonesia seolah menegaskan bahwa sebaik apapun sebuah kurikulum ia masih akan dihadapkan dengan potret kenyataan pendidikan di masyarakat. Sejumlah persoalan besar dijumpai. infra struktur pendidikan seperti gedung-gedung sekolah yang rusak, akses untuk menjangkau pendidikan yang masih banyak terkendala serta kesenjangan yang nyata antara pendidikan di kota dan di daerah terpelosok.


Setiap ide pembaharuan ditawarkan lekas saja cemas itu datang. Kurikulum baru (2013) hadir dengan gugatan, soal karakter dalam pendidikan. Kurikulum memanglah bukan kitab suci yang tidak bisa dievaluasi. Tapi zaman menuntut perubahan yang tidak sekedar tambal sulam kebijakan. Tantangan bukan hanya soal gagasan, melainkan keberhasilan pelaksanaan. Tidak mungkin mengubah peserta didik tanpa memperbaiki mutu pendidik. Ketika begitu banyak pengajaran, begitu sedikit sebenarnya pendidikan. Sekolah seharusnya membebaskan jiwa, bukan mencetak kelas pekerja.

Diberdayakan oleh Blogger.