Ads Top

Khutbah Jumat - Menuntut Ilmu


Marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Tak henti-hentinya khatib senantiasa menekankan dalam setiap khutbah Jum'at, bahwa sebagai hamba Allah, kita harus senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Swt. meningkatkan ketaatan dan kepada Allah agar kita bertambah dikasihi dan dirahmati Allah Swt. Adapun untuk meningkatkan ketaqwaan, maka tentu saja kita harus mau belajar, mau mengaji dan mau menimba ilmu. Seluruh ilmu yang dapat menjadikan kita bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah. Baik itu berupa ilmu-ilmu ibadah mahdhoh, seperti tata cara sholat, membaca Al-Qur'an, berpuasa dan berhaji. Ataupun ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya.


Kata "Ilmu" itu berasal dari Bahasa Arab 'Alima, Ya'lamu, 'Ilman, yang berarti "Mengerti sesuatu". Atau juga berasal dari kala 'allama yang berarti "memberi tanda atau petunjuk" yang berarti pengetahuan. Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusla. Setiap orang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu, hal ini sesual dengan hadits Nabi Muhammad SAW :

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِ يْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

"Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu muslim."

Dengan semakin sering kita menuntut ilmu, maka kita akan lebih banyak tahu tentang banyak hal. Meski benar bahwa prioritas dalam menuntut ilmu adalah mempelajari ilmu agama, khususnya iman dan Islam serta ilmu mengenal Allah. Namun umat Islam tidaklah boleh begitu saja mengabaikan ilmu-ilmu lainnya. Karena tanpa ilmu, umat Islam hanya akan menjadi terbelakang dibandingkan dengan umat-umat lain di muka bumi ini.


Hadirin Sidang Jum'at yang Dimuliakan Allah

Dengan ilmu, kita dapat menyingkap tabir kehidupan manusia dan memahami rahasia-rahasia yang diciptakan Allah agar diungkapkan oleh manusia demi kemajuan peradabannya. Memang benar bahwa mencari ilmu sungguh terasa amat berat, terutama ilmu-ilmu yang dapat semakin mendekatkan diri kita kepada Allah. Karenanya, tentu menjadi sangat benar, sabda Rasulullah SAW :

مَنْ سَلَكَ طَرِ يْقًا يَلْتَسِمُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا اِلَى الْجَنَّةِ . رواه مسلم

Barang siapa menempuh satu jalan (cara) untuk mendapatkan ilmu, maka Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju surga. (HR Muslim)


Pada hadits ini, ungkapan "salaka (menempuh Jalan)" bukan hanya mencakup arti jalan secara indrawi yaitu jalan yang dilalui kedua kaki, seperti seseorang pergi dari rumahnya menuju tempat untuk menimba ilmu baik berupa masjid, madrasah, ataupun universitas dan lain sebagainya.


Namun termasuk pula mencakup arti jalan secara maknawi. Maksudnya adalah hal-hal yang memberatkan selama perjalanan tersebut, misalnya biaya dan waktu yang tersita. Misalnya saja seseorang harus menempuh perjalanan jauh dalam rangka mencari ilmu. Perjalanan dari satu kota ke kota lain, dari satu propinsi ke propinsi lain dan dari negerinya ke negeri lain untuk mencari ilmu. Maka ia tidak hanya harus mengeluarkan biaya berupa harta, namun juga harus mengorbankan perasaan untuk meninggalkan keluarga dan sahabat dan kampung halaman yang dicintainya.


ini semua adalah termasuk hal-hal yang harus bisa diatasi dalam menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu. Namun tentu semuanya akan tergantikan manakala ia telah mendapatkan ilmu yang diinginkannya. Jika seseorang ingin sukses di dunia, ilmu akan membawanya menuju kesuksesan. Dan jika is ingin beruntung di akhirat kelak, maka ilmu pulalah yang akan rnendekatkan keberuntungan dan fadhal Allah tersebut. Sebagaimana hadits riwayat lbnu 'Asakir :

مَنْ اَرَادَ الدُّ نْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَ الاَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ

Siapapun yang menghendaki (keberhasilan ) dunia maka is harus berilmu, Siapapun yang menghendaki (keberuntungan) akhirat, ia pun harus berilmu, dan siapapun yang menghendaki keduanya, tentu ia harus berilmu.


Hadirin Sekalian yang Berbahagia

Mestinya kita merenungkan kembali pernyataan sahabat Mu'adz bin Jabal ra. sebagaimana dikutip dalam kitab Hilyat'ul Awliya Wa Tabaqat'ul Ashfiya, bahwa meraih ilmu pengetahuan adalah demi ridho Allah. Karena pengetahuan melahirkan kesalehan, mengagungkan Illahi dan takut akan dosa. Mencari ilmu demi ridho Allah adalah ibadah, belajar adalah sikap mengingat kebesaran Allah (Zikir).


Sahabat Mu'adz juga menyatakan, mencari ilmu adalah perjuangan yang pahalanya seperti pahala berjihad (berperang). Mengajarkan ilmu kepada mereka yang menganggapnya berharga adalah sedekah, dan mengamalkannya pada rumah seseorang memperkuat tali silahturahmi di antara keluarga.


Ilmu adalah sahabat penyejuk ketika dalam kesendirian. Ilmu adalah sahabat terbaik bagi para pengelana. Ilmu adalah sahabat terdekatmu yang menyampaikan ahasianya kepadamu. Ilmu adalah pedangmu yang paling ampuh untuk iawanmu, dan terakhir, ilmu adalah pakaian yang akan menaikkan derajatmu dalam jamaah persaudaraanmu. Telah jelas dalam firman Allah SWT :

قُلْ هَلْ يَسْتَوِى اَّلذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِ يَن لاَ يَعْلَمُوْنَ

Apakah sama, antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui (QS. Az-Zumar, 39 : 9).


Tentu kita semua bisa menjawabnya dengan mudah. Karena ilmu jelas-jelas membedakan antara mereka yang memilikinya dan mereka yang tidak memilikinya. Maka sebagai akhir khutbah ini, saya ingin berpesan, marilah kita semua tiada henti menuntut ilmu, hingga akhir hayat. Di mana pun dan kapan pun. Tak terbatas hanya di lembaga-lembaga pendidikan formal maupun dipengajian-pengajian saja. Namun juga dalam setiap hal dan kesempatan yang diberikan oleh kehidupan kita. Karena ilmu pengetahuan adalah puncak segala kebahagiaan, sebagaimana kebodohan adalah titik awal dari segala keburukan. Keselamatan datang dari ilmu, kehancuran datang dari kebodohan.


Dipublikasikan pada hari Jumat 26 September 2014 M / 1 Dzulhijah Akhir 1435 H

Diberdayakan oleh Blogger.