Khutbah Jumat; Mensyukuri Nikmat Allah

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ قَدِيْمِ اْلإِحْسَانِ ذِي الْعَطَاءِ الْوَاسِعِ وَاْلاِمْتِنَانِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ عَلَى مَا أَوْلَدَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمِّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ هُوَ الْمُنْعِمُ الْمُتَفَضِّلُ، وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا. إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ. وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.
Saudara-saudara sidang Jum’at yang berbahagia.
Syukur alhamdulillah pada hari ini kita masih diberi kesempatan berkumpul dan bertatap muka sambil saling mengingatkan, betapa besarnya nikmat-nikmat yang telah dan sementara
dianugrahkan Allah kepada hamba-hambaNya, tidak terkecuali kita yang hadir ditempat yang mulia ini...
Begitu kita bangun pada dini hari, terasa badan jadi bugar, semangat dan tenaga kerja rasanya pulih dan kembali segar, dan ini salah satu karunia nikmat yang kadang tidak
banyak direnungkan dan diperhatikan. Bukankah kita telah merasakan nikmatnya tidur sepanjang malam. Sekujur badan terbujur lemas, lena menerawang di alam mimpi, istirahat pulas menikmati tidur karunia Allah yang terakar, dan andaikata rasa kantuk itu tak kunjung tiba, berarti nikmatnya tidur tidak akan kita rasakan, apa yang terjadi? Betapa gelisahnya perasaan ini, badan terasa
gerah, ini baru sisi kecil dari kehidupan ummat manusia. Coba kita simak firman Allah seperti yang telah dibacakan pada awal khutbah, yakni dalam surah Ibrahim ayat 34: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah tidaklah dapat kamu menghinggakannya.”
Walau sesungguhnya kita patut wajib menyadari segala sesuatu yang telah dianugrahkan Allah kepada kita dari berbagai bentuk dan macam nikmat, nah cobalah kita buktikan Firman
Allah tersebut di atas.
Marilah kita layangkan pandangan kita ke sekeliling lingkungan, bahwasanya setiap makhluk yang hidup di atas permukaan bumi Allah ini sangat tergantung kepada komponen
udara yang telah disediakan oleh Maha Pencipta. Di dalam udara atau hawa, padanya dijumpai berbagai unsur gas, gas oksigen, nitrogen, hidrogen, helium, zat lemas, argon, kripton dan gas-gas mulia lainnya yang kecil jumlahnya. Jadi sesungguhnya sama sekali tidak ada pabrik gas, karena manusia tak mampu membuat gas. Yang ada hanyalah pabrik memisah-misahkan gas dengan perbedaan titik didih masing-masing gas.
Dari hasil penyelidikan ilmuwan bahwa pada udara tersebut ditemui dalam prosentasi unsur-unsur gas yang seimbang sebagaimana yang diperlukan oleh umat manusia dan makhluk-makhluk lainnya. Salah satu unsur gas yang sangat berpotensi bagi hidup dan kesehatan manusia adalah gas oxygen. Kebutuhan seorang manusia dalam memenuhi kesehatan memerlukan gas oxygen setiap harinya antara 18-20 %. Allah telah mengatur sedemikian rupa dengan pasti bahwa di dalam udara yang kita hirup saat ini persis dalam prosentasi antara 18-20 %. Andai kata lebih tinggi dari prosentase tersebut, maka suhu udara gerah, panas dan akibatnya mudah terpicu timbulnya kebakaran dimana -mana, dan sebaliknya bila jauh di bawah prosentase tersebut maka yang akan terjadi adalah penduduk susah bernafas, tersengal-sengal karena pernafasan kita terganggu oleh zat lemas yang memenuhi lingkungan hidup kita dan besar kemungkinan keluhan akan berkepanjangan seperti yang telah kita alami beberapa waktu lalu merambanya asap dipenjuru Asia. Maha Besar Engkau ya Allah .!
Saudara-saudara muslimin yang
barbahagia
Untuk lebih
meyakinkan diri kita, apa yang dikemukakan tadi, patutlah diketahui atau kalau
ada yang telah mendalami anggaplah kita mengulang kajian lama, bahwa seorang
manusia sehat dewasa dalam keadaan normal, dalam satu menit kurang lebih 20
(Dua Puluh) kali bernapas. Satu kali bernafas udara kurang lebih 2 liter udara
ke dalam rongga-rongga pernapasan, ini berarti semenit akan menghirup kurang
lebih 40 liter udara. Kalau sehari semalam (24 jam) kita akan mengkonsumsi
57.600 liter udara, atau dengan kata lain kita telah menggunakan gas oxygen
murni (100%) sebanyak 20% dari 57.600 liter udara adalah 11.520 liter oxygen
murni seharinya. Pertanyaannya, berapa besarkah nilai ekonominya?
Saudara-saudara kaum muslimin yang
berbahagia.
Saat ini umum
dipasarkan satu tabung oxygen harganya Rp. 40.000 yang isinya 6000 liter dengan
kadar oxygen antara 97-99% berarti nilai tiap liternya adalah 40.000: 6000
adalah kurang lebih Rp. 6.600 per liter. Ini berarti seseorang manusia sehat
cuma-cuma alias gratis telah menghabiskan gas oxygen setiap harinya dengan
nilai 11.520 kali Rp. 6.600 sama dengan Rp. 760.000,- kalau sebulan nilainya
menjadi Rp. 22.800.000,-
Nah kalau kita ingin
lebih mendalaminya lagi seberapa besar nikmat oxygen yang telah kita hirup
selama hidup atau pada usia kita saat ini misalnya 40 tahun, 50 tahun atau 60
tahun rata-rata kita semua yang masih hidup, tertuang kepada Allah Subhannahu
wa Ta'ala dalam nilai rupiah saat ini di atas 1 milyar, rasanya memang
mustahilkah? Tapi kalau tidak percaya boleh hitung sendiri setelah sampai
kerumah, begitu besarnya nikmat Allah kepada hambaNya dan masih sebagian kecil
nikmat yang baru kita perhatikan. Oleh karena itu dalam surat Ar-rahman, Allah
Subhannahu wa Ta'ala mewanti-wanti kepada hambaNya dengan mengulang-ulang 31
kali peringatan bagi umat manusia dengan firmanNya: Artinya: “NikmatKu manakah
lagi yang kamu dustakan.”
Marilah kita
bersama-sama meluangkan waktu merenung sejenak di tengah kesibukan mencari
nafkah betapa besar karunia Allah kepada diri kita, keluarga kerabat kita,
bangsa kita dan hamba Allah pada umumnya. Sebagaimana yang telah kita ketahui
dengan nyata sisi-sisi kecil atas nikmat yang telah kita rasakan bernilai
sekian besarnya apalagi dalam mengarungi hidup ini, masih akan mengenyam
nikmat-nikmat lainnya berupa nikmat kelapangan rizki, nikmat berkeluarga,
nikmat kebahagiaan, nikmat kepuasan hidup dan masih setumpuk nikmat lainnya
yang sukar menyebutkannya satu persatu.
Sebagai hasil
renungan kita atas nikmat ini tentunya menimbulkan kesadaran dari lubuk hati
yang dalam, kemudian dituangkan dalam bentuk kesyukuran, dan kesyukuran ini
tidaklah punya arti sama sekali jika hanya dalam bentuk lisan semata.
Mensyukuri karunia
Allah harus berupa pengakuan hati kepada kebesaran dan keagungan Allah dalam
sikap dan tindakan nyata, berupa membantu hajat hidup orang-orang yang dalam
kesempitan, menghibur orang-orang yang dalam kesedihan, orang yang terkena
musibah, membantu mereka yang membutuhkan pertolongan, meyantuni anak-anak
yatim dan badan-badan amal lainnya. Janganlah berdalih tidak mampu sementara
rizki terus mengalir masuk, penuhilah telapak tangan fakir miskin yang sedang
mengulas dada tipisnya karena ketiadaan makanan hingga kelaparan
berkepanjangan, ceritakanlah, kabarkanlah dan sebarkanlah kepada orang lain
betapa nikmat Allah yang telah kita rasakan, ulangilah berkali-kali syukur ini
kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala.
Hadirin sidang Jum’at yang berbahagia.
Realisasi rasa syukur
tersebut, bukanlah suatu perbuatan yang sia-sia, tapi dengan demikian akan
mempertebal Iman dan Takwa kepada Maha Pencipta, dan yang terpenting kita akan terhindar
dari murka dan siksaan Allah seperti FirmanNya dalam surat Al-An’am ayat 46:
“Katakanlah, terangkanlah kepadaKu jika Allah mencabut pendengaran dan
penglihatan kepadamu? Perhatikanlah bagaimana (Kami) berkali-kali
memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami) kemudian mereka tetap berpaling
juga.”
Satu hal lagi yang
lebih membesarkan hati kita yakni adanya jaminan Allah Subhannahu wa Ta'ala
bagi hambaNya dengan firmanNya dalam surat Ibrahim ayat 7: “Jika kalian
bersyukur niscaya Aku tambahkan bagimu beberapa kenikmatan, dan jika kamu
sekalian mengingkarinya ingatlah siksaKu sangat pedih.”
Marilah kita memohon
kehadirat Allah Subhannahu wa Ta'ala semoga Allah menjauhkan kita dari
perbuatan kufur nikmat dan memberikan limpahan karunia agar kita tetap termasuk
dalam golongan yang sedikit yakni golongan orang-orang yang tahu mensyukuri
nikmatNya, Amin Ya Robbal Alamien.
Dipublikasikan
pada hari Jumat 4 Mei 2012 M /
12 Jumadil Akhir 1433 H